Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Filsafat Ilmu - Mendefinisikan dan Memetakan Ilmu II

Memetakan Ilmu       Urusan mengelompokkan ilmu dimulai diakhir masa kuno terutama diabad ke-5 s/d ke-6 Di Alexandria. Aristoteles dalam karyanya Nichomachean Ethics sudah menggariskan perbedaan antara seni dan sains, Aristoteles juga membahas sains spekulatif yang berbeda dengan yang praktis dan produktif. Pengelompokan ini diteruskan ke Abad Pertengahan diadopsi oleh kaum para filosuf Nasrani, Muslim, dan Yahudi, walau dengan penambahan dan perubahan penting dan menjadi standar program pendidikan humaniora.       Al-Farabi-lah (w.559/950) yang pertama kali dalam sejarah islam, mengelompokan sains menjadi lima kelompok, masing-masing, dengan sub bagiannya, ia definisikan dan tujuannya dijelaskan. Pembagian pertama adalah sains bahasa atau linguistik, bagian kedua adalah logika, kelompok ketiga adalah matematika, kelompok keempat adalah sains fisik dan metafisik, terakhir dikelompok kelima terdapat tiga sains, yakni politik, sains hukum islam atau penghukuman islam, dan

Filsafat Ilmu - Filsafat Ilmu Sekular dan Islam

      Setelah mengalami fase panjang, zaman kegelapan yang disebut sebagai The Dark Ages of Europe, peradaban modern kemudian mengembangkan Worldview dan filsafat ilmu sekular, yang menolak “keberadaan dan kehadiran” Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan, Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu kebebasan manusia. Filsuf terkenal, Jean Paul Sartre (1905-1980) menyatakan bahwa sekalipun Tuhan itu ada, itupun harus ditolak sebab ide tentang Tuhan mengganggu kebebasan mereka.       Dalam dunia keilmuan, semangat menolak Tuhan itupun sangat dominan, dibidang politik misalnya, Nicolo Machiavelli (1469-1527) sebagai salah satu pemikir besar dalam politik, karyanya “The Price” dianggap memiliki nilai yang tinggi yang memiliki pengaruh besar dalam sosial politik umat manusia.        Perjalanan hidup Machiavelli sendiri cukup menyedihkan, ia pernah ditahan dan disiksa karena dituduh melawan pemerintah Italia sekitar tahun 1495. Ia menulis The Price pada umur 44 tahun, publ

Filsafat Ilmu - Fakta Sejarah

      Konsep Islam tentang ilmu yang integral sudah pernah terbukti diaplikasikan dalam sejarah, fakta-fakta perkembangan sejarah sains selama ratusan tahun didunia Islam termasuk di Barat (Andalusia) membuktikan bahwa untuk meraih perkembangan sains yang tinggi, bisa diraih dengan konsepsi sains yang tidak sekular, yakni sains yang berbasis pada konsep tauhid.       Seorang sejarahwan Irlandia Tim Walace – Murphy dalam bukunya “What Islam did for Us”: “Kehidupan, bagi sebagian besar masyarakat Kristen Eropa adalah singkat, brutal, dan biadab, dibandingkan dengan kehidupan yang canggih, terpelajar, dan rezim yang toleran diwilayah Muslim Spanyol”.       Kaum Kristen Di Eropa, menurutnya mengenal ilmu pengetahuan bukanlah langsung dari warisan tradisi Yunani, tetapi melalui buku-buku berbahasa Arab yang ditulis oleh ilmuan-ilmuan Muslin dan Yahudi. Mereka belajar dan menerjemahkan secara bebas pada pusat-pusat pembelajaran Islam Di Spanyol, yang disebutnya sebagai “the gr

Filsafat Ilmu - Sekularisasi dan Westernisasi Ilmu II

      Paham ateisme juga berkembang dalam disiplin ilmu sosiologis, Auguste Comte penemu istilah sosiologi, memandang kepercayaan kepada agama merupakan bentuk keterbelakangan masyarakat, menurutnya masyarakat berkembang melalui tiga fase teoretis, yakni fase teologis/ fase fiktif, fase metafisik/ fase abstrak, fase saintifik/ fase positif. Dalam fase teologis akal manusia menganggap fenomena dihasilkan oleh kekuatan gaib. Dalam fase metafisik, akal manusia menganggap fenomena dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan abstrak yang menggantikan kekuatan gaib. Sedangkan dalam fase positif, akal manusia menyadari bahwa tidak mungkin mencapai kebenaran yang mutlak.       Pemikir ateistik ikut bergema dalam disiplin psikologi Sigmund Freud (m. 1939), seorang psikolog terkemuka menegaskan doktrin-doktrin agama adalah ilusi, agama sangat tidak sesuai dengan realitas dunia. Bukan agama, tetapi hanya karya ilmiah satu-satunya jalan untuk membimbing kearah ilmu pengetahuan.       Friedri

Filsafat Ilmu - Sekularisasi dan Westernisasi Ilmu I

      Proses sekularisasi ilmu dimulai ketika seorang filsuf Barat, Rene Descrates (m. 1650), yang memformulasi sebuah prinsip, aku berpikir maka aku ada (cogito ergo sum). Dengan prinsip ini Descartes telah menjadi rasio satu-satunya kriteria untuk mengukur kebenaran.       Pada zaman modern, filsafat Immanuel Kant sangat berpengaruh. Kant menjawab keraguan terhadap ilmu pengetahuan yang dimunculkan oleh David Hume yang skeptic, menurutnya pengetahuan adalah mungkin, namun metafisika adalah tidak mungkin karena tidak bersandarkan kepada pancaindra. Dalam pandangan Kant metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik-a priori seperti yang ada didalam matematika, fisika, dan ilmu-ilmu yang berdasarkan fakta empiris. Menurut Kant pernyataan-pernyataan metafisis tidak memiliki nilai epistemologi.       Epistemologi Barat modern-sekuler semakin bergulir dengan munculnya filsafat dialektika Hegel (m. 1831) yang terpengaruh oleh Kant. Bagi Hegel pengetahuan adalah on

Sekularisasi Ilmu - Ilmu Dalam Sejarah Peradaban Barat II

      Setelah era Aristoteles, kebudayaan Helenistik menyebar keseluruh wilayah yang ditaklukan oleh Alexander Agung dari Yunani sampai Persia. Alexander Agung dari Makedonia merupakan murid dari Aristoteles. Pada era itu filsafat berkembang dengan cepat, namun tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus (205-270 M). Plotinus yang melanjutkan tradisi filsafat Plato, lahir di Mesir namun setelah itu ia pergi ke Persia dan melarikan diri dari Persia ke Antioch dan Roma. Dalam konsepnya, Plotinus membagi alam (realm of intelligible things) menjadi tiga: The One, Intelligence (nous), dan Soul. Ajaran Platinus pada akhirnya dikenal dengan Neoplatonisme yang pengaruhnya kemudian sangat besar terhadap para filsuf sesudahnya didalam menggambarkan hierarki dari realitas.       Pada abad pertengahan di Eropa, epistemologi berada dalam pengaruh Aristoteles dan Platonisme, yang mempertahankan konsepsi pengetahuan dengan keabadian obyek-obyek sebanyak metode-metode diskurs

Sekularisasi Ilmu - Ilmu Dalam Sejarah Peradaban Barat I (Satu)

Pendahuluan       Virus yang terkandung dalam ilmu pengetahuan barat modern – sekuler merupakan tantangan yang paling besar bagi kaum muslimin saat ini. Dalam pandangan Syed Muhamad Naquib Al-Attas Ilmu barat modern tidak dibangun diatas wahyu dan kepercayaan agama, namun berdasarkan tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofi yang terkait dengan kehidupan sekuler yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Ilmu dalam Sejarah Peradaban Barat       Tokoh yang paling dominan dalam sejarah epistemologi barat menurut Furmerton adalah kaum skeptis, yang seringkali mengisyaratkan beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan atau justifikasi.        Filsafat pada zaman Pre-Socratic lebih kepada filsafat alam dan kemungkinan perubahannya, mereka menerima begitu saja bahwa pengetahuan tentang alam adalah mungkin, walaupun sebagian dari mereka menyarankan bahwa pengetahuan diperoleh dari beberapa sumber itu lebih baik, karena Heraclitus menekankan penggunaan

Makalah Ba'i

Klik Disini kita pindah blog Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in Ginger Edit in Ginger ×